BANDA ACEH|BEURITA.COM – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) bersama mitra strategis PAACLA Indonesia, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunggan Anak Aceh dengan dukungan BPDP menyelenggarakan kegiatan Promosi Sawit Indonesia Ramah Anak. Kegiatan ini dikemas dalam seminar dan workshop membangun Aceh Bersama Sawit Ramah Anak berlangsung di Hotel Kyriad Muraya, Banda Aceh, mulai 27–28 Agustus 2025.
Kegiatan ini merupakan langkah lanjutan dari terbitnya Panduan Praktis Sawit Ramah Anak yang telah diterbitkan oleh GAPKI. Panduan tersebut bertujuan untuk memperkuat tata kelola industri sawit yang bertanggung jawab, berkelanjutan, serta selaras dengan agenda global yang menekankan perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)
Isu anak dalam industri sawit tidak hanya menyangkut pekerja anak, tetapi juga menyentuh aspek kehidupan anak-anak di lingkungan perkebunan: mulai dari anak keluarga pekerja sawit, anak-anak yang tinggal di desa sekitar, hingga aspek regenerasi petani sawit di masa depan.
Ketua GAPKI Cabang Aceh Mawardi menegaskan, banyak perusahaan sawit di Aceh telah mengadopsi kebijakan pencegahan pekerja anak, melindungi anak dari bahaya di perkebunan, menyediakan fasilitas pendidikan, kesehatan, hingga sarana bermain. “Praktik baik ini perlu didokumentasikan, dipublikasikan, dan dipromosikan secara lebih luas agar menjadi standar bersama,” ujarnya
Di tempat yang sama Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Aceh, Meutia Julia menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah wujud konkrit antara stakeholder dengan pemerintah Aceh yang mendapat dukungan BPDP. “Semoga ini adalah awal yang baik untuk menjamin keberlanjutan pembangunan isu perlindungan anak melalui pencapaian Provinsi Aceh yang layak anak yang dimulai dari desa, kecamatan dan kab/kota yang layak anak,” katanya.
Ia menambahkan bahwa perlu kesepahaman bersama tentang pentingnya perlindungan anak karena mereka memiliki hak untuk hidup dalam lingkungan yang aman, sehat, bebas dari eksploitasi dan kekerasan. Ini perlu menjadi pembelajaran dan perusahaan sawit memiliki tanggungjawab untuk memastikan bahwa operasional perusahaan tidak membahayakan anak-anak dan dilain sisi memenuhi hak-hak anak, katanya.
Acara pembukaan ini diikuti oleh sekitar 120 peserta yang terdiri dari perusahaan anggota GAPKI, perusahaan non-GAPKI, perwakilan petani, instansi pemerintah, akademisi, organisasi masyarakat sipil, serikat pekerja, dan media. Workshop secara khusus melibatkan perwakilan perusahaan anggota GAPKI di bidang SDM dan keberlanjutan.
Pembicara dalam forum tersebut adalah: Rinaldi Uma, Direktur Bina Pemeriksaan Norma Ketenagakerjaan Kemnaker, Dwi Jalu Atmanto Asisten Deputi Perlindungan Khusus Anak dari Kekerasan Kemen PPPA, Prita Bahroeny Direktur Bahruny Group, Sumarjono Saragih Ketua Bidang Pengembangan SDM GAPKI.
Baca Juga : LHOKSEUMAWE RAIH NINDYA KOTA LAYAK ANAK
Workshop akan difasiitasi oleh PAACLA Indonesia akan diadakan 27 – 28 Agustus 2025 dengan fokus pada peningkatan kemampuan teknis perusahaan dalam melindungi dan memenuhi hak anak, mencegah dan memantau pekerja anak, membangun kemitraan multipihak, serta melakukan pemetaan isu perlindungan anak di rantai pasok sawit.
Pada akhir seminar dilakukan penandatanganan komitmen bersama aksi kolaborasi membangun Aceh bersama Sawit Ramah Anak yang dilakukan oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Aceh (DPPPA) Meutia Juliana, Mewakili Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) yakni Plt Ketua GAPKI Aceh, Mawardi, Ketua Bidang Pengembangan SDM GAPKI Sumarjono Saragih, dan Andi Akbar Kepala Sekretariat Nasional Patnership for Action Against Child Labour in Agriculuture (PAACLA) Indonesia.
Penulis: Muhammad Haikal Umra